Pages

Senin, 01 Desember 2008

sms itu...

Malam itu, bunyi wanita jepang tanda sms masuk di Hp ku membangunkanku dari tidur. Ogah-ogahan, kuambil Hp itu dan melihatnya sekilas….Mmmhhh,,,nomor baru! Setelah itu, cek message detailsnya….dikirim sejak pukul 06.09 sore tadi….Uuuh, maLesss,,,tidur lagi ah!.............
Pukul 05.04 pagi hari esoknya, setelah ibadah sholat subuh selesai, tersamar kuingat tentang sms semalam, ku cek lagi Hp_Q…
+628131xxx : “Hei, NEY UMMI yah?gmn kabarx?Masih ingat sm teman smp u?(setelah itu menyebutkan nama si pengirim)

Surprisingly,, saya membaca ulang sms itu. Setelah periode kagetku selesai, tergantikan dengan rasa penasaran yang sebenarnya butuh jawaban cepat. Tapi karena jadwal kuliah pagi jauh lebih mendesak, kuputuskan untuk beralih menyiapkan diktat-diktat untuk kuliah hari ini serta tetek-bengeknya.
Singkat cerita, setelah sms berlanjut ke fase telepon, akhirnya rasa penasaranku terjawab dengan kisah yang cukup menakjubkan. Dia adalah salah seorang teman smp yang --ya ampuuun, semenjak lulus smp kami gak pernah bertemu sekalipun--,,,lucu banget ketika kami berdua harus mengingat-ingat muka masing-masing, mempertanyakan apakah aQ masih seculun dulu (after all these year?hahaha), tentang kondisi dan kuliah masing-masing…dan betapa mengagumkannya saat dia bercerita kalo dia terpilih jadi 3 besar di Akademi pelayaran tempat dia kuliah dan bakal dipekerjakan di perusahaan jepang dengan system ikatan dinas…it’s a great news…bahkan cek per cek, saat ini dia lagi ada di Singapore…hebat!!!

Ini semua menyadarkanku akan satu hal : jika teman-temanku semasa smp dulu sudah sejauh itu menapaki masa depannya...bagaimana dengan aku???

Mudah-mudahan saja ini bisa menjadi cambuk bagiku. Tiap orang memilih jalan hidupnya masing-masing. Jika temanku memilih untuk jadi sehebat itu, mengapa aku tak memilih untuk menjadi seorang Ners yang hebat juga?? It’s not impossible things, is it??

Rabu, 19 November 2008

_bahan renungan minggu ini_

..................Nilai manusia, bukan kenapa ia MATI, melainkan bagaimana ia HIDUP; bukan apa yang diPEROLEH, melainkan apa yang telah diBERIKAN; bukan apa PANGKATNYA, melainkan apa yang telah diPERBUAT dengan tugas yang diberikan TUHAN kepadanya............

_saduran dari sebuah email_

Senin, 10 November 2008

ANTARA Belajar 2 jam dengan Belajar berhari-hari…

Jumat kemarin saya mid test mata kuliah ”Ilmu Keperawatan Anak” dan sepertinya itu adalah ujian ‘terparah’ saya selama perkuliahan…Dengan jumlah bahan yang ‘lumayan’ banyak plus isi materi yang berat, sudah seharusnya saya mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi nyatanya saya baru mulai belajar 2 jam sebelum ujian dimulai (Hm...hebat---banget kebiasaan buruknya). Jadinya, dalam dua jam itu saya hanya bisa memahami beberapa bagian (yg tentunya menurut prediksi saya masuk dalam ujian) dan meninggalkan bagian yang lain. Dan akhirnya,,,saya sadar kalo ternyata saya sama sekali tidak punya bakat ’cenayang’ alias punya feeling yang gak bisa diharapkan karena soal-soal yang masuk sebagian besar justru di bagian ’yang tertinggalkan’ tadi...HikzHikz,, Mana soalnya dalam bentuk essay,,Mampus deh!!!
Dengan menggunakan ilmu logika tingkat tinggi (eufimisme dari ilmu pantoa’* J)...akhirnya semua soal itu terjawab juga tapi dengan derajat kebenaran mendekati nol..
................
(dan bagaimanakah akhir kisah saya?apakah saya mendapat nilai ’E’?atau keajaiban masih ada sehingga nilai saya ’A’?)
OK...itu semua gak penting, karena sebenarnya inti yang ingin saya sampaikan bukan ini tapi kejadian setelah ujian. Setelah keluar ruangan (kLo gak salah saya masuk dalam urutan 10 tercepat yg mengumpulkan kertas jawaban--ternyata keragu-raguan tidak membuatku kehilangan PD,,,sungguh terlalu!!!), tiba-tiba saja salah seorang teman menggerutu seperti ini :
Si ’teman’ : wah,,,tidak kusangkanya soal yang naik seperti ini...padahal saya sudah pelajari sampai kedetail-detailnya, terutama tentang Kardiovaskular. Hancurnya jawabanku...bla...bla...bla...
Ahaa...kontan hati kecil saya bersorak. Ternyata bukan cuma saya yang berpikir seperti itu. Bagi saya, ini bisa mempunyai beberapa makna. Pertama, soal yang naik sebenarnya kurang menggambarkan inti materi yang selama ini telah diajarkan (apakah ini berarti kalo dosennya telah salah membuat soal?entahlah...yang jelas saya tidak mengatakan seperti itu J). Kedua, dalam hal nilai, saya pikir belajar 2 jam dengan belajar berhari-hari kini tidak lagi menunjukkan perbedaan yang berarti--terbukti dengan keluhanku yang sama dengan keluhan temanku...Ketiga, saya kembali sadar kalo ternyata feelingku tidak seburuk yang kukira sebelumnya karena teman-temanku rata-rata punya feeling yang sama denganku (Bukankah sesuatu yang semakin banyak bisa berarti semakin mendekati kebenaran???).
Dan kisah berlanjut...
Sementara kami mendiskusikan tentang ujian, tiba-tiba salah seorang senior + asisten lab yang selama ini telah menjadi ’kakak’ bagi kami semua lewat...kontan kami semua mengeluhkan tentang ujian tadi ke si ’kakak’. Akhirnya, satu kenyataan terungkap dari laporan salah seorang temanku. Katanya, beberapa teman sekelas yang kebetulan duduk di belakang ketika ujian berhasil membuka diktat dan mengcopy-paste semua jawaban-jawaban soal tadi. Wow...bagus banget!!! Jadi sementara kami yang duduk di depan kebingungan dengan soalnya, teman-teman di belakang dengan santainya berbuat curang. Sekarang bukan saatnya memprediksikan perbedaan nilai antara yang belajar 2 jam dengan yang belajar berhari-hari, tetapi perbedaan nilai antara orang-orang yang duduk di depan dengan yang duduk di belakang ketika ujian...:(
Setelah mendengar keluh kesah kami, si ’kakak’ kemudian (seperti biasa) menenangkan kami semua dengan kalimat-kalimatnya yang lembut. Dan diantara beberapa kalimat yang sempat dia sampaikan, ada satu yang membuat saya tersadar. Kalo tidak salah, kutipannya seperti ini :
”adik-adik harus sadar kalo ternyata ilmu yang adik miliki masih kurang. Jika soal ujian saja tidak bisa menjawab, jadi dengan modal apa nantinya adik menghadapi pasien di rumah sakit?”
Hmmm.....jujur saya tertampar dengan kalimat itu dan membuat saya menyadari banyak sekali hal :
- Saat ini saya sudah di Semester V, tapi apa isi otak saya sudah sebanyak semester yang saya lewati? (Jawabannya tentu saja ’belum’--apalagi dengan kebiasaan belajar 2 jam sebelum ujian)
- Jika saya belajar untuk ujian, jadi kemana niat awal saya yang dulu memilih jurusan ini dengan alasan ingin menolong orang lain???
- Jika ingin mendapat ilmu, pantaskah jika saya memilih-milah bagian yang harus saya pelajari ? (apalagi dengan mengandalkan feeling??)
- Jika ingin mendapat nilai bagus di ujian, mengapa saya harus mencari-cari kesalahan dari jenis soal atau mencari pembenaran diri dengan menyamakan persepsi dengan teman yang lain?
- Jika ada teman yang buka diktat, buat apa saya sakit hati? Bukankah dosanya ke dia juga, tidak nyerempet ke saya kan? Tuhan selalu adil kok...
Akhirnya,,,karena ini saya tidak lagi menganggap ujian ini sebagai ujian ’terparah’ tapi justru ujian yang ’membawa berkah’...
Thanx a Lot kepada si ’kakak’ (yang tidak perlu kusebutkan namanya karena pertimbangan privasi)

*istilah yang hanya dimengerti oleh smudama-ers

Minggu, 02 November 2008

"Baru muncul...(lagi)..."

"Baru muncul..(lagi)....."
........................
dengan bingung...
dengan.................
.............................
hFfffhhhh...........


kapan-kapan....(lagi).....

Kamis, 22 Mei 2008

sekedar jenuhkah???

dimulai dari dua minggu lalu, berawal dari dua minggu lalu, sejak dua minggu lalu...
ketika gw mulai kelelahan dengan semua rutinitas yang tiba-tiba saja terasa tak berguna
rutinitas itu...dari pagi sampe sore di kampus--kuliah dengan jadwal yang morat marit, belum lagi nunggu-nunggu rapat di himpunan yang keseringan molor berjam-jam--gw benar-benar capek!!!
senin sampe jumat--begitu-begitu terus,,,
sabtu yang semestinya gw pake buat istirahat paling sering diisi dengan kegiatan pula(kalo bukan kegiatan himpunan, ya kegiatan SIAGA)...
minggu??? apa lagi kalo bukan piket di PSC...yang lebih sering BT karena teman sejadwal yang gak datang...
gw pengen istirahat--gw butuh sehari untuk tinggal di rumah sambil tidur-tiduran tanpa beban
Rasanya terlalu banyak waktu yang terbuang selama ini (terutama untuk kegiatan "menunggu" yang menyebalkan bangettt)
sbenarnya, masa 'menunggu' itu bisa saja gw gunakan untuk hal-hal yang berguna, tapi kondisi kampus tentu saja tak mendukung itu semua..
Hhhh...entahlah,,,
apakah ini cuma karena gw sudah jenuh dengan semuanya???
jika begitu adanya, mudah-mudahan sifatnya sementara saja...

Minggu, 18 Mei 2008

kebodohan yang semakin gila...atau kegilaan yang semakin bodoh???


benar-benar salah satu solusi terbaik untuk mengistirahatkan otak dari stress berat...
Baca buku ini bisa banget(ttt) membuat orang yang se(jaim) apapun tertawa terbahak-bahak...(atw kalo mmg orgnya punya kelainan jiwa afek datar se datar-datarnya,,,minimal bisa senyum laahhh)
baca buku ini bisa banget(ttt) membuat orang yang normal jadi setengah gila...alias membuat orang setengah gila jadi gila beneran(Heehee)
baca buku ini bisa banget(ttt) membuat orang yang pinter jadi ikutan (nampak)goblok kyk Dika...
gak percaya????
Coba ajjah!!!

Kamis, 15 Mei 2008

n' d-story end (maybe?)

mungkin saja!!!
Setelah apa yang terjadi beberapa bulan belakangan ini, justru semuanya menjadi terasa lebih 'mungkin'...
Makanya sekarang,
Aku mencoba untuk berdamai dengan situasi; tak ada yang perlu kusesalkan ataupun kusalahkan
Aku harus negosiasi dengan rasaku sendiri; mencoba untuk melepaskan sekaligus mengikhlaskan
Aku harus bisa bangkit dari kesedihan; berjalan terus menjalani hidup

_akan kucari dimana 'indah' itu sendiri...akan kudapatkan dimana indah itu walau sendiri_